Alergi atau Intoleransi?
Hanya 6-8% anak yang benar-benar alergi makanan, ujar Scott Sicherer, M.D., asisten profesor ilmu kesehatan anak di Jaffe Food Allergy Institute, New York City. Sedangkan anak lain cuma memiliki kesulitan dalam mencerna beberapa jenis makanan – yang dikenal sebagai intoleransi. Berikut ciri masing-masing:
ALERGI
Pemicu paling umum, termasuk telur, susu, gandum, ikan, dan kerang-kerangan; 80-90% anak yang alergi susu, telur, dan gandum mampu mengatasinya pada usia tiga tahun. Sisanya akan alergi seumur hidup.
Sistem kekebalan tubuh terlibat. Tubuh menganggap protein-protein tertentu sebagai zat berbahaya, lalu melepaskan histamin sebagai usaha perlawanan.
Umumnya diwariskan.
Gejala-gejala, termasuk ruam kulit, rasa gatal disertai bintik-bintik merah dan bengkak, sakit perut disertai muntah, diare, dan kesulitan bernapas. Gejala ini biasanya muncul beberapa menit setelah makan makanan pemicu, bahkan dalam jumlah kecil.
Anak harus benar-benar menghindari makanan pemicu alergi dan selalu membawa obat untuk alergi yang berat. Tak jarang, serangan alergi berakhir di ruang gawat darurat.
INTOLERANSI
Pemicu paling umum, termasuk susu, meskipun buncis dan kacang polong bisa juga jadi penyebab. Anak-anak jarang bisa mengatasi intoleransinya.
Tidak melibatkan sistem kekebalan tubuh. Tubuh kekurangan enzim-enzim yang membantu mencerna senyawa tertentu dalam makanan, seperti laktosa dalam susu.
Kadang diwariskan, tapi lebih sering tidak.
Gejala-gejala, termasuk sakit perut, pup tidak padat, dan, sesekali, muntah. Namun, gejala ini tidak akan muncul sampai beberapa jam setelah makan. Makan dalam jumlah kecil tidak selalu menimbulkan masalah.
Anak harus menghindari – atau makan sedikit sekali -- makanan pemicu intoleransi. Tanyakan pada dokter anak apakah si kecil boleh mengonsumsi obat yang dijual bebas.
No comments:
Post a Comment